smantiga86

Lord of SMANTA Alumni

Arah Terbalik – Tulisan Hamdi Buldan

Posted by ridwanaziz pada September 29, 2008

Kabut embun dipagi itu membasahi dedaunan.Nampak segar wajah Sang sabar(bumi) diiringi lantunan suara Azan berkumandang dari Masjid dan surau-surau, langkah-langkah penuh harap selepas subuh dari anak-anak manusia bersegera menuju pasar dengan berbagai macam alat angkut yang seadanya.Suasana ini masih nampak jelas dipinggiran kotaku, mungkin tak jauh berbeda dengan pinggiran kota-kota lainnya di negeri tercinta ini.

Terbantahlah sudah anggapan yang mengatakan bangsa ini bangsa yang pemalas.Sang sadar(mentari) perlahan-lahan menampakkan wajahnya, lalu lalang kendaraan dengan berbagai macam jenisnya mewarnai kembali ruas jalan, anak-anak hiruk pikuk menuju sekolah, pekerja-pekerja berhamburan dengan moda masing-masing sesuai dengan ragam dan tingkatannya, kemacetan menjadi hal yang lumrah dihampir setiap kota-kota yang bergelar ibu.

Hanya ada dua kategori yang dapat melaju bebas tanpa kemacetan, yang pertama para petinggi Negara berserta tamunya yang konon katanya memang harus selalu didahulukan dalam segala hal, kedua mobil ambulans, heheheh…

Bis kota melaju setengah hati.Udara panas bercampur bermacam aroma menemani perjalananku hari itu.Sengaja mataku mengarah kelalu-lalang jalanan kota yang hiruk pikuk sepertinya tak pernah berhenti.Anak-anak manusia bergerak sesuai dengan hajatnya mengikhtiari kehidupan dengan segala persepsinya.

Adakah ruang dalam hidup ini??yang menyisakan tempat bagi eksisnya kemanusiaan??gumamku tak tahu pasti.Lembar demi lembar koran harian kubolak-balik sekedar menghalau rasa jenuh dalam bus yang tidak bisa dipastikan berapa lama dapat sampai ketujuanku, tapi itu tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan anak usia sekolah dasar yang tadi korannya kubeli dalam bus, jika dia bertanya berapa lama lagi ia terus menerus tidak sekolah karena berjuang mengisi perut sehari-hari untuk mempertahankan hidup??Oh….seisi negeri anak-anak itu adalah anak-anak manusia sama dengan anak-anak yang lain anak-anak dari bangsa ini adalah sama haknya untuk mendapat ruang dan kesempatan yang sama mengenyam pendidikan.

Kuakhiri membolak balik koran yang isinya penuh dengan kegilaan hidup, keakuan kelompak dan golongan, pertikaian-pertikaian sesama anak bangsa berpolemik dalam bingkai-bingkai kekuasaan duniawi.Bukankah sesungguhnya kehidupan ini kesementaraan belaka??bukan berarti kita anti dengan kehidupan dunia yang benar seharusnya adalah selama masih ada ruang waktu dalam kehidupan dunia kita harus isi dengan kerja keras namun tidaklah melekat pada perolehan kebendaannya sehingga hidup membawa maslahat secara luas sebagai rahmat/kasih bagi sekalian alam.

Cara pandang membangun mental kehidupan seperti inilah yang seharusnya dapat menjadi modal dasar utama untuk memeperbaiki kondisi sosial yang semakin rapuh.Kemrosotan yang mengarah pada keruntuhan peradaban memiliki hubungan erat antara kehidupan kenergaraan/politik dengan kehidupan sosial.Keadaan dan keruntuhan suatu Negara banyak bergantung pada situasi mental dan situasi warga.

Kondisi sosial bertalian dengan perkembangan ekonomi dalam Negara, sedangkan perkembangan ekonomi ditentukan oleh berbagai faktor yang bersifat ekonomis dan non ekonomis, dengan kata lain perekonomian suatu bangsa adalah resultan/akibat dari perpaduan berbagai faktor yang bertalian dengan usaha manusia untuk mempertahankan hidup, disamping banyak lagi faktor yang ikut menentukan kehidupan suatu bangsa.Salah satu yang dapat dianggap sangat penting ialah kondisi mental, akhlak, semangat, dan cara berfikir masyarakat yang akan ikut menentukan perjalanan suatu bangsa(baca kaum).

DR.Ali Syariati, sosiolog terkemuka dari negeri Iran seorang intelektual revolusioner menggambarkan situasi sosial masyarakat di sebagian besar belahan dunia telah terjerat dalam bingkai-bingkai sifat kehidupan yang diwarnai tiga sifat kekuatan besar yang telah menguasai seluruh gerak hidup manusia.Tiga sifat besar itu adalah :

1.Sifat Fir’aun yang tersistematis secara absolute dengan berbagai wacana kekuasaan yang digunakan secara kuat untuk menindas yang lemah.

2.Sifat Qorun watak kapitalistik yang serakah menghisap dan menguasai seluruh sendi-sendi kehidupan perekonomian masyarakat dengan mengabaikan prinsip-prinsip keadilan dan kemanusiaan.

3.Sifat Balam gambaran dari sifat-sifat pemikir intelektual sekaligus bertindak sebagai spiritualis yang mengeluarkan gagasan-gagasan arahan-arahan pemikiran sesuai dengan orderan qorun dan penyokong kebijakan-kebijakan Fir’aun.

Tiga sifat kekuatan besar ini saling dukung bahu membahu, saling mengisi dan melengkapi menjadi kekuatan serigala besar yang mengembalakan manusia seperti halnya seperti domba.Hal inilah mengakibatkan suatu tatanan sosial masyarakat telah kehilangan kesejatian masyarakat tanpa disadari oleh suatu masyarakat itu sendiri.Sehingga kehidupan penuh dengan warna saling meniadakan antara satu dengan yang lain.

Hidup telah dihiasi dengan saling mengalahkan penuh dengan keangkuhan dan kesombongan.Wahai jiwa-jiwa yang tenang, jiwa jiwa Ramadhan hati-hatilah dirimu, renungkanlah sadarilah dan berjihadlah untuk mengeluarkan dirimu dan membasuh dirimu dengan bersih dari sifat tiga bersatu satu bertiga yang ada dalam setiap diri dan kehidupan hidupmu.

Pahamilah dimana posisi dan tanggung jawabmu dalam bingkai kehidupan ini untuk merombak diri pribadi agar dapat keluar dari arah terbalik yang akan menyeret menenggelamkan kehidupan bersama yang seimbang harmonis antar sesama penuh kasih dan keindahan seirama dengan senandung nyanyian alam.Berjuanglah menjadikan diri kita diri pribadi yang utuh, kukuh, bulat, tunggal, yang bersandar kuat melekat dalam dimensi tauhid agar dapat terus dan terus berjalan menangkap asma-asma pengetahuan pencerahan(mengetahui) sebagai modal dasar munculnya kesadaran diri sendiri tidak menjadi makhluk jadi-jadian, buat-buatan, tidak menjadi seolah-olah manusia.Agar dapat memasuki kancah konstruksi perubahan(jihad) untuk menjadi masyarakat manusia menyebar rahmat bagi sekalian alam semesta.

Menuliskan rangkaian kata-kata terasa lebih mudah, namun tidaklah semudah menjadikannya bukan??Disanalah letaknya perjuangan, perbuatan, pelaksanaan dari kata-kata kebenaran.

Hidup adalah perjuangan…
Hidup adalah perbuatan…
Hidup adalah pelaksanaan dari kata-kata…
Kata…banyak orang.

Hidup sejatinya pengabdian terhadap Tuhan dan menegakkan peran kemanusiaan, didalamnyalah perjuangan, perbuatan, pelaksanaan itu berada.Kata teman penulis yang hobinya mancing, “Hanya dengan nurani kita sendirilah yang dapat mengukur dan mengetahui dimana dan posisi apa yang sudah kita lakukan dalam bingkai besar kehidupan .

“Jogjakarta, waktu kutulis sambil minum teh tubruk.hehehe…”
Selamat meraih kemenangan 1429 H .
{Hamdi Buldan}
Penulis pinggiran jalan.heheheh…

Tinggalkan komentar